membaham rakus segala pintar
lantas lahirlah si sabar yang kedunguan.
Mata siapa mencerlang amarah
tatkala nafas disedut bagai perompak
menggeledah masa yang tidak lagi simpati.
Dan kata-kata azimat
hanyut satu per satu
di dasar sungai keliru.
Dia mendengar tanpa mengerti
lantas sang pemidato
menangis menghimpun kembali
jejak yang tercicir percuma
namun jarum waktu mencucuk perit
menurut segala perintah takdir!
Jalan siapa bukan jalannya lagi
geringkah sang kaki
yang menyaksi segala kerikil mentertawa
di mana asa terjuntai di celah gunung
tangan yang menggapai masih kaku dan longlai.
Esok yang diintai masih bersimpuh di bawah gebar
padanya sang suria masih lelap
entah bila melontar sinar
masihkah ada senyum
andai mereka memburu masih
menghalang tiap cubaan
untuk gemilang di atas kudrat sendiri!
Already posted to New Sabah Times (17.02.2013) with newly edited by Sifu Yatim Ahmad
No comments:
Post a Comment